
Dua tahun sudah berlalu sejak saya diberi kesempatan untuk mengajar di Lembaga SMK Gonzaga Mbay. Dua tahun bukanlah waktu yang singkat, dan dalam kurun waktu tersebut, saya mendapatkan banyak pengalaman baru yang membentuk saya menjadi seorang guru yang lebih baik. Tentu saja, pengalaman-pengalaman tersebut tidak hanya menyenangkan, tetapi juga menyedihkan. Namun, saya belajar untuk menjalani setiap tantangan dengan hati yang tulus, demi proses pendewasaan diri dan untuk menjadi guru yang berdedikasi. Sebagai seorang guru, saya juga pernah menjadi seorang murid, dan tentu saya memiliki seorang panutan yang sangat menginspirasi saya. Panutan saya adalah Santa Angela. Salah satu kutipan dari Santa Angela yang sangat saya pegang adalah, “Janganlah menganggap sebuah tugas itu adalah beban, yakinlah, percayalah, Dia yang memilih Anda, Dia juga yang akan memberikan Anda kekuatan, asal dari pihak Anda tidak mengecewakannya.” Kutipan tersebut mengingatkan saya untuk menjalani setiap tugas dengan penuh semangat dan keyakinan bahwa Tuhan selalu memberikan kekuatan dalam setiap langkah yang kita ambil. Santa Angela mengajarkan saya banyak nilai yang saya terapkan dalam profesi saya sebagai guru, terutama dalam membina relasi dengan anak-anak didik saya. Mengajarkan saya untuk bersikap lembut hati, tulus, penuh kasih, dan peduli terhadap setiap anak. Dalam setiap interaksi, saya berusaha untuk melayani mereka dengan rendah hati, menjaga ketangguhan dalam bekerja, serta menciptakan lingkungan yang penuh disiplin, tanggung jawab, dan kreativitas. Semua nilai ini terus menyemangati saya dalam mengajar setiap hari. Mengajar adalah sebuah profesi yang tidak hanya menuntut penguasaan materi, tetapi juga keterampilan dalam berkomunikasi, beradaptasi, serta memahami kebutuhan peserta didik. Setiap pengajar memiliki perjalanan unik dalam dunia pendidikan, yang diwarnai oleh berbagai pengalaman, tantangan dan pencapaian.
Tantangan Mengajar di SMK Gonzaga Mbay
Sebagai seorang guru muda yang mengampuh mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMK Gonzaga Mbay, saya sering dihadapkan pada berbagai tantangan., namun saya bertekad untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Pada tahun kedua saya mengajar di SMK Gonzaga Mbay, saya mendapatkan berbagai pengalaman mengajar. Terkadang, meskipun saya sudah menyiapkan modul atau RPP dengan matang, saya harus menyesuaikan atau bahkan tidak menjalankannya sama sekali karena situasi kelas yang tidak kondusif. Dalam kondisi seperti ini, saya belajar untuk menjadi fleksibel dan siap menghadapi berbagai situasi yang bisa muncul di dalam kelas. Setiap kelas memiliki dinamika yang berbeda, dan saya harus mampu beradaptasi dengan cepat agar pembelajaran tetap berjalan efektif meskipun ada tantangan. Fleksibilitas ini sangat penting agar saya bisa menemukan solusi terbaik untuk menghadapi permasalahan yang ada, serta memastikan bahwa siswa tetap merasa nyaman dan dapat menyerap materi dengan baik. Saya juga menyadari bahwa sebagai seorang guru, saya tidak hanya bertugas menyampaikan materi, tetapi juga harus mampu mengelola kelas dengan baik, memperhatikan sikap dan etika siswa, serta menangani masalah-masalah yang muncul dengan penuh tanggung jawab. Saya percaya bahwa dalam menghadapi segala tantangan di kelas, kesabaran adalah kunci utama yang harus dimiliki seorang guru. Oleh karena itu, saya selalu berusaha untuk tetap tenang dan bijaksana dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul. Kekerasan atau kebencian terhadap siswa tidak akan pernah menjadi solusi bagi masalah yang ada, malah akan memperburuk keadaan dan merusak hubungan antara guru dan siswa. Sebaliknya, pendekatan yang penuh kasih, pengertian, dan kesabaran adalah cara terbaik untuk mengatasi masalah. Saya selalu mengingat bahwa setiap siswa memiliki latar belakang, emosi, dan kebutuhan yang berbeda, sehingga penting bagi saya untuk mendekati mereka dengan cara yang penuh perhatian dan kasih sayang. Dengan demikian, saya berharap dapat menciptakan suasana belajar yang positif dan mendukung perkembangan karakter serta akademik siswa. Sebagai seorang guru, tentu memiliki pengalaman mengajar yang beragam, diantaranya adalah :
- Menghadapi Siswa yang Tidak Fokus
Salah satu tantangan terbesar yang saya hadapi saat mengajar adalah menjaga perhatian siswa yang sering kali tidak fokus pada materi. Pada awalnya, saya merasa frustrasi karena banyak siswa yang lebih tertarik mengobrol atau bermain daripada mengikuti pelajaran. Namun, saya belajar bahwa pendekatan yang tepat sangat membantu. Untuk mengatasinya, saya mulai menerapkan teknik ice breaking di awal pelajaran. Dengan permainan kecil atau kegiatan menyenangkan, saya dapat mencairkan suasana kelas, sehingga siswa merasa lebih tertarik dan fokus pada pelajaran. Saya juga sering mengaitkan materi dengan hal-hal yang mereka minati, seperti topik tentang film, musik, atau cerita-cerita yang dekat dengan kehidupan mereka.
- Mengatasi Siswa yang Terlalu Bergantung pada Teman
Beberapa siswa seringkali terlalu bergantung pada teman sekelas mereka untuk menyelesaikan tugas atau soal-soal yang diberikan. Saya sering melihat mereka hanya menyalin pekerjaan teman-temannya tanpa berusaha untuk memahami materi. Hal ini tentu saja mengganggu pembelajaran mereka. Untuk mengatasi hal ini, saya mulai memberikan tugas-tugas yang lebih menantang dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi dalam kelompok kecil. Saya juga menerapkan pembelajaran berbasis proyek, di mana mereka harus bekerja mandiri namun tetap bekerja sama dalam kelompok. Dengan cara ini, saya berharap mereka bisa belajar lebih mandiri dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka.
- Anak Malas dan Acuh Tak Acuh dalam Pembelajaran
Sering kali saya menghadapi siswa yang merasa malas atau acuh tak acuh dalam pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini, saya mencoba beberapa pendekatan yang efektif. Pertama, saya membuat materi lebih relevan dengan kehidupan mereka. Misalnya, memberikan tugas menulis tentang pengalaman pribadi atau topik yang mereka minati. Kedua, saya memulai pelajaran dengan ice breaking, agar suasana kelas lebih santai dan siswa lebih fokus. Saya juga memberikan umpan balik positif untuk mendorong siswa yang berusaha, walaupun hasilnya belum sempurna. Selain itu, saya berusaha lebih dekat dengan siswa yang malas. Saya berbicara dengan mereka secara pribadi, memberikan dukungan, dan mengingatkan mereka akan potensi yang mereka miliki. Hasilnya, banyak siswa yang sebelumnya acuh mulai menunjukkan minat dan bersemangat mengikuti pelajaran. Dengan pendekatan ini, saya melihat perkembangan positif pada siswa, mereka menjadi lebih aktif dan termotivasi untuk belajar.
- Perbedaan Karakteristik Siswa
Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda, baik dalam hal minat, kemampuan, maupun cara belajar. Dalam proses pembelajaran saya sering menemui tantangan dalam mengelola perbedaan ini. Ada siswa yang cepat memahami materi, ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama untuk menangkap pelajaran. Untuk menghadapinya, saya menyesuaikan metode pembelajaran dengan kebutuhan mereka. Misalnya, saya menggunakan pendekatan praktikum bagi siswa yang lebih mudah belajar dengan cara langsung, sementara bagi siswa yang lebih suka teori, saya memberikan penjelasan lebih mendalam. Saya juga membagi siswa dalam kelompok berdasarkan kemampuan mereka, agar mereka dapat saling membantu.Selain itu, saya memberikan kesempatan untuk diskusi dan tanya jawab, sehingga setiap siswa bisa menyampaikan pemahamannya dan saling belajar dari teman-temannya. Dengan cara ini, meskipun karakteristik siswa berbeda, mereka tetap bisa berkembang dengan cara yang sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing. - Masalah Pribadi Anak-anak
Saya juga menghadapi situasi di mana beberapa siswa tampaknya memiliki masalah pribadi yang mempengaruhi kinerja mereka di kelas. Saya menyadari bahwa sebagai guru, selain mengajarkan materi, saya juga harus peka terhadap perasaan siswa. Ada salah satu siswa saya yang tampak sangat pendiam dan sering tidak hadir di kelas, setelah saya lakukan pendekatan pribadi, ternyata dia sedang menghadapi masalah keluarga yang cukup berat. Saya tidak hanya berbicara mengenai pelajaran, tetapi juga memberikan dukungan moral dan berusaha membuat dia merasa dihargai. Saya berbicara dengannya secara pribadi dan memberinya ruang untuk berbicara. Setelah itu, dia mulai menunjukkan perkembangan yang signifikan baik dari segi kehadiran maupun prestasi di kelas. selain itu saya berusaha untuk menyampaikan masalah anak-anak kepada wali kelas, sehingga bisa ditindaklanjuti dan tidak mempengaruhi proses pembelajaran pada siswa tersebut.
Refleksi dan Perbaikan Diri
Sebagai seorang guru, saya selalu berusaha melakukan refleksi setelah setiap pembelajaran. Dengan refleksi diri, saya bisa melihat kekurangan dalam metode pengajaran yang saya lakukan dan berusaha untuk memperbaikinya di pembelajaran berikutnya. Saya juga senantiasa bertanya pada diri saya sendiri, “Apa yang harus saya tingkatkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik?”
Saya percaya bahwa pembelajaran tidak hanya soal mengajar materi, tetapi juga bagaimana menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan siswa secara holistik. Untuk itu, saya selalu berusaha untuk lebih memahami karakter siswa, menyesuaikan pendekatan, dan terus belajar agar dapat memberikan yang terbaik bagi mereka.
Penutup
Mengajar adalah sebuah perjalanan panjang yang tidak hanya memberikan tantangan, tetapi juga kebahagiaan tersendiri. Ketika melihat anak didik berhasil, hati saya sangat bahagia. Sebaliknya, ketika mereka gagal, saya merasa sedih, namun saya selalu berusaha untuk memberikan dukungan dan motivasi agar mereka bisa bangkit kembali. Guru adalah pilar utama dalam membangun peradaban. Oleh karena itu, saya berkomitmen untuk terus belajar, berkembang, dan memberikan yang terbaik bagi generasi penerus bangsa.
Penulis,
Inosensia Reka A. Nere, S.Pd